ANTOLOGI PUISI SERPIHAN RINDU
Karya : Dra. Lasmiati ( Lasmi Miati)
Kata Pengant
Tiada kata yang lebih pantas untuk mengawali pengantar ini kecuali rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan buku antologi puisi yang berjudul “Serpihan Rindi” ini dapat i dalam antologi puisi “Serpihan Rindu” ini terdapat puisi-puisi yang berhasil saya tulis berkat bimbingan dari Bunda Nina dan Bapak Sang Senja Kelana.
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Bunda Nina dan Bapak Sang Senja kelana, serta teman-teman yang tergabung dalam group WA “Menulis Puisi#5”, karena atas bombingan beliau berdua serta dukungan teman-teman maka proses pembuatan buku antologi puisi ini dapat diselesaikan.
Di dalam buku antologi puisi “Serpihan Rindu” ini berisi ungkapan kerinduan kepada kedua orang tua, anak-anak, murid-murid, sahabat, dan handai taulan baik yang jauh tempat tinggalnya maupun yang dekat. Bila rindu tidak bisa bertemu maka bisa mencari pengobat rindu dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu Wata’ala. Sampaikanlah rindu diujung senja atau bisa melabuhkan rindu di Cemara Sewu, atau sampaikanlah rindumu walau hanya sekedar do’a.
Akhir kata dari saya sebagai penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan selama mengikutikuti bimbingan menulis puisi sampai terwujudnya karya antologi puisi “Serpihan Rindu” ini. Buku ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa saya harpkan demi kesempurnaan karya tulis di masa yang akan datang.
Daftar Isi
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Catatan Hati
2. Menata Hati
3. Sahabat Sejati
4. Surat Cinta Sang Kekasih
5. Baiti Jannati
6. Rindu Mama : Always I Love You
7. Rindu Di Ujung Senja
8. Bunga Telang Biru
9. Hidup Baru Bersama Corona
10. Surat Cinta Untuk Muridku
11. Pengobat Rindu
12. Bersimpuh 1
13. Bersimpuh 2
14. Cinta Dunia Akhirat
15. Hujan Gerimis Sepanjang Daendels
16. Senyampang Pulang
17. Anggrek Bulan Menawan
18. Mahabbah Sang Perindu Ilahi
19. Rindu Memburu
20. Bayang Cinta Menoreh Rindu
21. Debur Debur Cinta Abadi
22. Gerimis Di Waktu Senja
23. Rindu Bertemu Tuhanku
24. Spensa Kedungbanteng Jaya
25. Melabuhkan Rindu Di Cemara Sewu
26. Jingga Di Ujung Senja
27. Banyumas
28. Pekalongan Kurindu
29. Bisik Rindu Untuk Ayah
30. Puisi rindu
31. Rindu Bayang Bayang Semu
32. Bara Rindu Dalam Dada
33. Menggenggam Matahari
34. Kartini Masa Kini
35. Rindu Menjadi Damar
36. Meraih Bintang Di Langit
37. Pesan Rindu
38. Rinduku Tergulung Mendung
39. Serpihan Rindu
40. Rindu Tak Berujung
41. Tangisan Awan Kelabu
CATATAN HATI
Kutepis resahku
Di sudut kamar
Tampak gelap
Gulita
Kuhanyutkan duka
Di sungai kecil
Yang mengalir
Di mata
Telah kukabarkan
Tentang semua
Lewat hujan
Gerimis
Catatan hatiku
Yang kuuraikan
Tiap jengkal
Sajadah
Telah berkumandang
Seuntai do’a
Dalam sujud
Malamku
Satu harapanku
Seberkas sinar
Cahaya-Mu
Di jiwa
Baturaden, 20 Agustus 2021
MENATA HATI
Ketika ku diam
Bukan berarti
Ku tak mau
Bicara
Bukan pula bisu
Atau pun sombong
Juga angkuh
Dan congkak
Ku menata hati
Serta pikiran
Pilih kata
Nan bijak
Merangkaikan kata
Jadi kalimat
Menyejukkan
Jiwaku
Baturaden, 20 Agustus 2021
SAHABAT SEJATI
Sahabat sejati
Ada dalam suka
Maupun duka
Sehati
Kala teman resah
Gundah gulana
Menghiburnya
Dengan ikhlas
Saat bermasalah
Takkan lupa
Mencarikan
Solusi
Saat butuh teman
Kan menemani
Di mana pun
Berada
Kala bergembira
Ikut gembira
Tanpa paksa
Bersama
Saat terjerumus
Berikan nasihat
Meluruskan
Jalan-Nya
Sahabat sejati
Mendo’akannya
Tuk suksesnya
Sahabat
Baturaden, 20 Agustus 2021
SURAT CINTA SANG KEKASIH
Al-Qur’an adalah
Surat cinta Allah
Untuk hamba
Untukku
Surat cinta kasih
Idaman hati
Selamanya
Abadi
Tak akan tergerus
Tak lekang waktu
Peradaban
Pun zaman
Surat cinta kasih
Kubaca slalu
Ku tlusuri
Maknanya
Kan kubelai lembut
Kudekap erat
Menyatukan
Harapan
Surat cinta kasih
Bagai pelita
Dalam gelap
Gulita
Sinar kehidupan
Penuntun langkah
Penyejuk jiwa
Kerontang
Penenang kalbu
Saat kelabu
Obat hati
Tersakiti
Surat cinta kasih
Penumbuh rasa
Pengorbanan
Abadi
Baturaden, 21 Agustus 2021
BAITI JANNATI
Pelangi kehidupan
Merona indah
Berhiaskan
Cahaya
Bagai rumah megah
Berdiri gagah
Tampak kokoh
Wibawa
Terasa kan nyaman
Tuk penghuninya
Berhiaskan
Ikhlasnya
Bagai atap genteng
Tertempa panas
Sang mentari
Nan terik
Tertimpa lebatnya
Hujan dan badai
Tiupan angin
Nan dingin
Genteng tetap ikhlas
Menaunginya
Menyejukkan
Raganya
Bagai tembok kokoh
Ditimpa palu
Tancap paku
Menghujam
Demi terpasangnya
Hiasan dinding
Yang menoreh
Keindahan
Menghadirkan rona
Semarak baru
Kehidupan
Penghuni
Keikhlasan hadir
Pada setiap
Elemennya
Membahu
Keikhlasan hidup
Bagaikan rumah
Saling lengkap
Melengkapi
Keikhlasan hidup
Hadirkan berkah
Juga rahmat
Dari-Nya
Baiti jannati
Hadir di hati
Hamba-hamba
Bertakwa
Baturaden, 21 Agustus 2021
RINDU MAMA: ALWAYS, I LOVE YOU
Semakin kuingat
Semakin rindu
Pada mama
Tersayang
Dia yang mengandung
Sembilan bulan
Tak terasa
Lamanya
Kurindu padamu
Aku menunggu
Sampai datang
Hadirmu
Kan kupeluk mesra
Kuucap kata
I love you
Mama ku
Baturaden, 21 Agustus 2021
RINDU DI UJUNG SENJA
Bergolak meronta
Menebar rindu
Dalam dada
Merajuk
Kutahan rasaku
Kuganti do'a
Penuh syahdu
Pada-Nya
Oh, sayangku Nanda
Bunda menunggu
Pada masa
Bertemu
Kala tiba senja
Rindu meronta
Dalam dada
Bersemi
Hari demi hari
Ku telusuri
Lorong kalbu
Merindu
Kala kerinduan
Tak tertahankan
Debur wajah
Ku pandang
Sesak dalam dada
Kini memudar
Ketenangan
Menjelma
Baturaden, 22 Agustus 2021
BUNGA TELANG BIRU
Bunga telang biru
Pesona alam
Keindahan
Sawahku
Menyatu membumi
Membalut arti
Makna diri
Sendiri
Hadirmu bermakna
Berbagi rasa
Bagi sesama
Manusia
Baturaden, 22 Agustus 2021
HIDUP BARU BERSAMA CORONA
Hari-hari sunyi
Menyayat kalbu
Membelenggu
Nurani
Siapa menyangka
Pandemi Covid
Membalikkan
Tatanan
Hari bergairah
Luluh lunglai
Tak berdaya
Terpuruk
Bangkitkan negeri
Satukan tekad
Berdamailah
Bersama
Ciptakan swasana
Kebersamaan
Memerangi
Corona
Lawan kekuatan
Bangkitkan diri
Untuk terus
Berkiprah
Biarkan Corona
Hidup menyatu
Di dunia
Berbaur
Tetap jaga prokes
Tingkatkan imun
Jaga makan
Selalu
Corona kan pergi
Bersama kita
Toreh asa
Membara
Demi hidup kita
Melangkah mantap
Penuh makna
Di jiwa
Baturaden, 23 Agustus 2021
SURAT CINTA UNTUK MURIDKU
Anakku tersayang
Lama tak jumpa
Tegur sapa
Bersama
Kalian semua
Di rumah saja
Bergembira
Bersama
Anak-anak manis
Jadilah putri
Serta putra
Berakhlak
Buat ayah bunda
Berbahagia
Berprestasi
Mandiri
Torehkan namamu
Dengan catatan
Tinta emas
Cemerlang
Banggakan negri mu
Dengan prestasi
Meski tanpa
Sang gur
Baturaden, 23 Agustus 2021
PENGOBAT RINDU
Kring ponsel bergema
Panggilan jauh
Dari nanda
Kuraih
Terdengar suara
Parau terdengar
Memanggilku
Manjanya
Ibu, apa kabar
Sehat selalu
Sepertiku
Di sini
Seketika mata
Sembab memerah
Tak tertahan
Menangis
Ku curahkan rindu
Mengurai kata
Yang membeku
Di dada
Ku bisikkan kata
Lembut dan mesra
Sehat selalu
Nandaku
Kurangkaikan kata
Merajut asa
Dan harapan
Impian
Gema suaramu
Pengobat rindu
Walau jauh
Di mata
Baturaden, 23 Agustus 2021
BERSIMPUH 1
Malam berlalu
Kini pagi menjelang
Mata terpicing
Kupejam mata
Sunyi dan senyap hening
Aku bersimpuh
Di hadapan-Mu
Ku tengadahkan tangan
Merintih di hati
Lindungi nanda
Wahai Tuhanku Rabbi
Dari bahaya
Tunjuki dia
Ke jalan-Mu Ilahi
Engkau ridhoi
Baturaden 27 Agustus 2021
BERSIMPUH 2
Pertiga malam
Kini akan menjelang
Hari yang baru
Sepenggal kisah
Kini tlah terlewati
Menoreh noda
Setitik noda
Menyemburkan kelabu
Sesakkan dada
Pertiga malam
Telah menyibak luka
Di hari baru
Hujan gerimis
Kini telah berhenti
air mataku
Di hadapan-Mu
Kuharap belas kasih
Ku kan bersimpuh
Baturaden, 27 Agustus 2021
CINTA DUNIA AKHIRAT
Dengan cinta-Mu
Hidup menjadi indah
Warna merona
Dengan ilmu-Mu
Hidup menjadi mudah
Melangkah pasti
Dengan imanku
Hidup jadi terarah
Penuh barokah
Dengan bertakwa
Selamat duniaku
Juga akhirat
Baturaden, 27 Agustus 2021
HUJAN GERIMIS SEPANJANG DAENDELS
Hujan gerimis
Sepanjang jalan Daendels
Kebumen Jogja
Seperti capung
Ramainya kendaraan
Berseliweran
Ekonomi pun
Tlah mulai menggeliat
Dari tidurnya
Ada awalnya
Juga ada akhirnya
Kembali damai
Pandemi ini
Memporakporandakan
Tatanan negri
Berbagai hikmah
Menghampiri manusia
Menyadarkannya
Hari yang beku
Kini telah mencair
Sadarkan diri
Rindu bak kristal
Kini telah terpecah
Terurai pelan
Bayang yang semu
Telah berubah warna
Rona merona
Pandemi redup
Seiring berjalannya
Waktu berlalu
Anugerah-Nya
Takkan perlu diminta
Oleh umat-Nya
Karunia-Nya
Karunia Ilahi
Takkan bertepi
Baturaden, 29 Agustus 2021
SENYAMPANG PULANG
Senyampang pulang
Terdamparlah di pantai
Cemara Sewu
Gumukan pasir
Terhampar di jalanan
Pantai dituju
Gundukan pasir
Bak di gurun Sahara
Menjulang landai
Sepoi anginnya
Membelai kerudungku
Melambai-lambai
Ombak menggulung
Menghadirkan seribu
Pesan nan damai
Awan nan putih
Seakan tak bertepi
Takkan terengkuh
Sewu cemara
Menghadirkan asmara
Tebar pesona
Gazebo kecil
Tempat persinggahan
Beribu insan
Melambai-lambai
Tawarkan ketenangan
Dan kehangatan
Air beriak-riak
Menepi dan memuji
Ilahi Rabbi
Bak bidadari
Pada terik mentari
Yang kan membakar
Kepakan sayap
Namun tak akan terbang
Bersama awan
Ku kan berlari
Cepat bagaikan kilat
Tak kan tersesat
Aku termenung
Diam seribu basa
Memuji Tuhan
Baturaden, 29 Agustus 2021
ANGGREK BULAN MENAWAN
Anggrek rembulan
Rupawan dan menawan
Setiap insan
Bunga menjuntai
Di pinggir kolam air
Jernih mengalir
Duduk bersandar
Seoarang tua renta
Berwajah muram
Memandang bunga
Anggrek bulan purnama
Mekar merona
Wajah muramnya
Kini telah berseri
Gembira ria
Baturaden, 30 Agustus 2021
MAHABBAH SANG PERINDU ILAHI
Teringat kita
Sikap mahabbah cinta
Para perindu
Perindu Rabbi
Mengepakkan sayapnya
Siang dan malam
Penuh marhamah
Bagaikan singa jantan
Tundukkan fana
Kelambu malam
Menyelimuti diri
Ia merintih
Dalam doanya
Menetes air mata
Penuh berharap
Alangkah indah
Tetesan air mata
Bersimpuh diri
Tangisan itu
Simbol bahasa batin
Pengganti lisan
Baturaden, 31 Austus 2021
RINDU MEMBURU
Wajahmu sendu
Menemani sajian
Makan malamku
Ku ingat jelas
Jemarimu yang rapuh
Meramu cinta
Wahai ibu
Tubuhmu kepul asap
Kayu dibakar
Yang menghilang
Pada pandangan mata
Sepi mengiris
Air mataku
Menatap tungku batu
Hangat tubuhmu
Rindu memburu
Memeluk penuh pilu
Benang bertali
Menjadi kain
Entah untuk selimut
Atau kafan
Baturaden, 31 Agustus 2021
BAYANG CINTA MENOREH RINDU
Sekejap redup
Bayang cinta abadi
Tergores api
Api asmara
Retak berkeping-keping
Bak berserakan
Kupungut kata
Dari untaian syair
Sang raja cinta
Menoreh rindu
Masa lalu yang sahdu
Membakar pilu
Cinta abadi
Tak mungkin kumiliki
Selain Ilahi
Baturaden, 31 Agustus 2021
DEBUR DEBUR CINTA ABADI
Dawai cinta-Mu
Berhembus sangat lembut
Harum surgawi
Mengalun merdu
Nyanyian keindahan
Dan kedamaian
Menggandeng erat
Jemarimu nan lembut
Membelai manja
Cinta abadi
Merasuk sanubari
Tiap insani
Bak bersemayam
Menyatu dalam diri
Insan mandiri
Cinta abadi
Mengobarkan cintanya
Pada manusia
Debur cinta-Mu
Debur cinta abadi
Ilahi Rabbi
Baturaden, 1 September 2021
GERIMIS DI WAKTU SENJA
Gerimis di waktu senja
Entah berapa lama
Rangkaian kata kunikmati
Ingin rasanya tak berhenti melumat
Menelan bagai makanan lezat
Indah terdengar nada dan irama
Senyampang kuhirup manisnya kopi
Di kala senja temaram
Ingin kuraih wajah rembulan
Walau malam baru menjelang
Aku tak bosan menunggu hadirnya
Kunanti sambil termenung
Tak lupa hamparkan sajadah
Untuk bersujud menghadap Sang Kuasa
Senja temaram telah berlalu
Elang pun pulang ke sarang
Namun aku tak bosan menunggu
Jelang hadirnya wajah rembulan
Akankah menampakkan wajahmu
Baturaden, 5 September 2021
RINDU BERTEMU TUHANKU
Rasa itu semakin kuat
Ingin kunikmati hidup ini
Namun secangkir kopi hitam
Diaduk-aduk begitu pekat
Untuk kuteguk meski terasa pahit
Begitulah dengan hidupku
Entah kapan akan berakhir
Rasa yang selalu mengisi ruang kalbu
Tanpa menyisakan karat di relung jiwa
Entah kapan akan berpulang
Menjemput impian yang terngiang
Untuk hidup penuh kedamaian
Tanpa kata ku bergumam
Untuk mengungkapkan rasa
Haru biru memburu dalam dada
Akankah bersua hari bahagia
Nyanyian keindahan dunia
Kulantunkan bersama merpatiku
Untaian lagu syahdu tuk Tuhanku
Baturaden, 5 September 2021
SPENSA KEDUNGBANTENG JAYA
Sang bagaskara mulai menyapa
Persis di ufuk timur tampak keemasan
Efek cahayanya menghangatkan tubuhku
Namun, jauh di ujung barat
Sang bidadari mengepakkan sayapnya
Akankah terbang menghampiriku
Ku kan berlari menyambutnya
Entah kapan kami saling bersua
Demi menyatukan tekad
Untuk bahu-membahu berjuang
Nyalakan bara api
Generasi penerus bangsa
Bangkitkan semangatnya
Agar mereka terus maju
Nun jauh di atas cakrawala
Tampak kemilau sinar keemasan
Entah siapa yang membawanya
Namun, kita tetap mengobarkan semangat
Guna memajukan sekolah kita
Jayalah sekolahku
Antarkan mereka pada kemenangan
Yang takkan pernah terlupakan
Akan selalu dikenang
Baturaden, 5 September 2021
MELABUHKAN RINDU DI CEMARA SEWU
Melangkah diiringi sang bayu
Entah ke mana arah muaranya
Labuhkan rindu sesuka hatimu
Atau menanti datangnya ombak
Biarlah pergi beriring haru
Untaian daun cemara
Hilangkan pandangan mata
Kusibak tirai yang melambai
Antarkan pada keheningan
Nan indah dalam relung jiwa
Rindu kulabuhkan di Cemara Sewu
Indah tak terperi
Nuansa hamparan gumuk pasir
Daun Cemara berhiaskan cahaya emas
Untaian bait terangkai apik
Di sini di Cemara Sewu
Ingin kutumpahkan rindu
Cemara meronta seolah tak mau pergi
Elang terbang tak mau kembali
Memasung diri takkan berlari
Aku tak tahan menatapnya
Rindu yang membeku tumpah ruah
Akankah mengalir sampai muara
Sujud syukur kupanjatkan
Entahlah cukup sebagai pengganti
Wujud kearifanku atas nikmat-Nya
Untaian do'a pun kurintihkan
Baturaden, 5 September 2021
JINGGA DI UJUNG SENJA
Jajaran bukit tertata indah
Indah bagaikan surga firdaus
Nun jauh di atas langit nan biru
Gurun pasir yang membentang
Gurun pasir yang tampak gersang
Aduhai sedap dipandang mata
Dari kejauhan kemilau jingga keemasan
Indah di balik senja yang temaram
Untaian sajak mengalun merdu
Jauh dari balik senja di ufuk barat
Ujung senja yang memukau
Nun jauh dalam jiwa yang gersang
Gambaran gurun tertanam di sana
Senja yang temaram
Engkau tlah menhapus hati yang kemarau
Nyanyikan syair merdu
Jauh merasuk ke dalam kalbu
Antara timur dan barat yang kelabu
Baturaden, 8 September 2021
BANYUMAS
Bahasanya ngapak akrab bersaudara
Anak-anak, orang tua saling menghormati
Nenek moyangnya luhur berwibawa
Yang datang melancong selalu betah
Usaha dagangnya kripik
Mendoan makanan favoritnya
Asalkan datang akan terus ketagihan
Selaksa kampung sendiri tak ingin kembali
Baturaden, 8 Sepetember 2021
PEKALONGAN KURINDU
Pada garis batas terukir rindu untukmu
Engkau yang selalu tersenyum padaku
Kapan lagi aku bisa menatap wajahmu
Aku masih menanti seperti saat itu
Lingkaran pandemi tak kunjung berlalu
Onggokan virus menghadang jalan rindu
Namun rindu tak pernah padam diriku
Garis batas menerawang anganku
Akankah waktu kan bergulir laju
Nantikan ku di garis batas rindu
Kutepis rinduku wahai Pekalongan
Untaian nada kudendangkan
Rintihan kalbu kusenandungkan
Inilah ungkapan rinduku tak tertahankan
Namun, rasa itu terus bergulir tak terhentikan
Dari ujung mata sampai ujung kaki
Untukmu rindu tak pernah padam di sanubari
Baturaden, 9 September 2021
BISIK RINDU UNTUK AYAH
Bening wajahmu terukir di hati
Indah kuterawang dalam bayang
Sulit kutepis dari ingatan
Ini bukan imaji kotor, hinggap di kepala sesat
Karena hanya sebuah rasa yang melintas
Rindu akan selalu kujalani
Inilah rasa yang sulit kuhindari
Namun tak ada pilihan lain
Dengan tatapan menerawang
Untukmu wahai ayah
Untaian rindu kusimpan dalam ruang
Nan jauh di kedalaman samudra jiwa
Tumpukan rindu untuk ayah
Untaian kasih kurangkai perlahan
Kuhempaskan pada malam nan terang
Ayah
Yang kusesalkan bagiku
Aku tak pandai menorehkan rindu
Hingga teriris seluruh ruang hatiku
Baturaden, 9 September 2021
PUISI RINDU
Pijakku masih di sini
Untuk sebuah puisi rindu
Ingatan terus melayang
Sampai membumbung ke awang-awang
Ingatanku berputar-putar nada rindu
Rindu telah menjadi serpihan
Inspirasi segala tentang rindu
Nuansa kerinduan terus melambung
Dalam pijakan hati yang tak berujung
Untuk untaian puisi rindu
Baturaden, 9 Sepember 2021
RINDU BAYANG-BAYANG SEMU
Rinduku di ketinggian
Indah tak bertepi
Nantikan rinduku pada beningnya air
Daun-daun yang merimbun
Ukirkan rindu pada bayang-bayang semu
Bintang di ketinggian
Akankah tergantung rinduku di sana
Yang selalu kuungkapkan
Arti sebuah penantian
Namun wajahmu mampu memaku segala hasratku
Gunung pun angkuh merangkul rinduku
Bayang-bayang semu rinduku
Akankah terhempas oleh desiran angin
Yang berputar-putar dalam poros hatiku
Antara rindu dan bayangan
Nyanyian tak berujung
Gejolak jiwa yang mematung
Selaksa senja yang berjalan
Engkau terus membayang
Menuai kecamuk hati
Untukmu rindu bayang-bayang semu
Baturaden, 9 September 2021
Bara Rindu Dalam Dada
Jangan bercerita tentang hujan
Jika hanya membangkitkan rinduku padamu
Janganlah bercerita tentang banjir
Jika hanya menghadirkan bara rindu dalam dada
Berceritalah tentang angin
Yang mengabarkan kegembiraan
Lewat desiran dan hembusan segar
Tatkala senja mulai datang melenggang
Bongkahan kerinduan menghujam dalam dada
Menghantamkan asmara membakar jiwa
Merobek jantung mengelupaskan kulit jari jemari
Sendi-sendi bebergejolak meraung memberontak
Mengepakkan sayap bak terbang menuju tempat kerinduan
Rintik hujan jatuh menetes membasahi lesung pipit di pipinya
Baturaden, 22 Maret 2020
Menggenggam Matahari
Pagiku berenergi
Menjemput impian yang pasti
Bersama langkah langkah kecil menyusuri hamparan kerikil
Menapaki tiap lekuk pasir demi pasir
Pagiku penuh makna
Beriring melepas bintang berlari menggapai cahaya
Menggenggam matahari
Memeluk erat embun pagi sepenuh hati
Pagiku menjelang
Menyapa penuh makna
Menggandeng penuh harap
Pagiku datang membawa pesan
Mendekap penuh kehangatan
Menepis segala rintangan yang menghadang
Baturaden, Agustus 2020
Kartini Masa Kini
Kartini-kartini masa kini
Tak harus berkonde dan berkebaya
Langkah kecilnya menggapai dunia
Ujud perjuangannya tak kenal putus asa
Kartini-kartini masa kini
Derap langkahnya menghebohkan dunia
Menggoncang peradaban
Mempesona seluruh pandangan
Kartini-kartini masa kini
Berjuang di balik layar
Berbekal kepandaian dan kelihaian
Kartini-kartini masa kini
Tingkah polahnya kadang menoreh luka di dada orang tua
Namun perjuangannya luar biasa tiada tara
Baturaden, April 2021
Rindu Menjadi Damar
Jadilah damar
Meski kecil lenteramu
Namun, kau bisa tetap menyinari sekelilingmu
selamanya...
Janganlah menjadi lilin
karena... seterang apapun cahaya lilin
sedikit demi sedikit sinarmu akan redup
seiring berjalannya waktu bersama kehancuran dirimu
Cahaya damar penuh kesederhanan
Mendatangkan kedamaian
Bagi setiap insa
Cahaya lilin tampak memukau dan modern
Menghadirkan bayang semu
Penuh kepalsuan
Baturaden, 11 September 2021
Meraih Bintang Di Langit
Angin memburu bersama sang bayu
Berteman arak awan membiru
Bayang kegelapan tersaput mega
Terpancarlah sinar keemasan
Bagaskara hadir menggandeng spensa
Diiringi langkah langkah kecil para bidadari
Kepak sayapmu meraih bintang di langit
Genggam erat bersama sang bayu
Usung spensa ke langit nan biru
Bersama bagaskara bidadari melaju
Menderu
Derap langkah tak pernah lelah
Beribu kerikil tajam kau singkirkan
Berlari menggapai asa dan harapan
Baturaden, 11 September 2021
Pesan Rindu
Kala adzan berkumandang;
Bergegaslah untuk bertandang
Ke masjid sebelah gang
Untuk menunaikan sembahyang
Saat adzan mulai memanggil
Sesaat beristirahatlah kini
Tuk memenuhi panggilan ilahi
Serta tak lupa memanjatkan puja puji
Hentikan segala aktifitas
Tuntaskan segala yang melintas
Agar hati tak terasa panas
Selesaikan tugas ulanganmu
Usai itu tunaikan sembahyangmu
Jangan lupa mohonkan untuk keberhasilanmu
Baturaden, 11 September 2021
Rinduku Tergulung Mendung
Rinduku tergulung mendung
Teramat pilu tak mampu kubendung
Semua sesak bagai dipasung
Oleh jarak dan waktu yang mengungkung
Rinduku tersaput mendung
Melayang melambung membumbung
Menderu melengkung terpasung
Begitu linglung dan bingung
Akankah kau tahu yang kutanggung
Biarlah rindu mengajakku bersenandung
Tentang rasa yang semakin melambung
Langkahku semakin terkurung
Dalam penantian yang tak berujung
Hingga tak mampu lagi aku menghitung ... diriku terkatung-katung
Baturaden, 11 September 2021
Rindu Ayah Bunda
Senja temaram tak kupandang
Hujan gerimis kini menghadang
Mentari sebentar lagi bertandang
Saatnya kita tuk sembahyang
Kala senja mulai datang
Rindu menderu datang menantang
Pada ayah bunda yang selalu ku sayang
Hanya lantunan syair do'a yang bisa kedendangkan
Bayang semu hadir di peraduan
Sosok bertubuh kokoh melintas pelan
Ayah hadir dalam syair do'a dan harapan
Sosok lembut ibu beruntai kasih
Melintas saat aku mendesah
Tak kan pernah hilang dalam setiap langkah
Baturaden, 12 September 2021
Serpihan Rindu
Malam gelap tak bercahaya
Rembulan memalingkan wajahnya
Bintang pun bersembunyi di balik awan
Burung malam tenggelam dalam angan
Serpihan rindu menghilang
Namun khayalan tetap melayang
Membumbung tinggi ke awang-awang
Harapan hampa hanya angan terbuang
Malam minggu yang kelabu
Berteman gerimis bernyanyi merdu
Sendiri di peraduan syahdu
Malam panjang semakin terasa panjang
Tanpa berteman orang tersayang
Sendiri sampai pagi menjelang
Baturaden, 12 September 2021
Rindu Tak Berujung
Senja merah menyapa ramah
Membuai hati pada lagu tak terarah
Sosok bayangan hadir tampak indah
Cahaya jingga merasuk dalam jiwa
Sesaat senja menghilang tanpa bayang
Kegelapan bertandang begitu kencang
Meninggalkanku tanpa pesan
Seiring malam mulai datang
Angin malam hadir dalam kalbu
Menggugah hati yang dirundung rindu
Membangkitkan kesenduan dan pilu
Biarlah rindu ku menyusuri jalannya
Sampai batas waktu yang tak berujung
Rindu pun lenyap ditelan waktu
Baturaden, 14 September 2021
Tangisan Awan Kelabu
Pagi berselimut awan hitam
Tiba-tiba langit menangis
Memuntahkan air mata kesedihan
Mengiringi sepanjang perjalananku
Seisi taman bermuram durja
Memandang langit nan gelap gulita
Hilang segala keindahan wajahnya
Tertutup oleh tetes air yang berhamburan
Langkahku sejenak tertahan oleh gazebo
Terhalang oleh lingkaran anak-anak berwajah muram
Terhenti di sudut ruang tak berbatas
Dalam ruang yang lain nampak wajah berseri-seri
Meski awan masih terus menangis
Semangat membara menyambut pagi
Baturaden, 15 September 2021
Profil Penulis
Penulis Dra. Lasmiati, lahir di Banyumas, 20 Februari 1967. Alumni IKIP Negeri Yogyakarta yang sekarang berganti nama UNY tahun 1992, pada jurusan Bahasa Daerah (Jawa). Berprofesi sebagai seorang guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Kedungbanteng. Bersuamikan Iriyanto, mempunyai dua orang anak, Ismail Luthvi dan Salsabila Zahro.
Menulis merupakan hoby yang masih saya lakukan sampai saat ini meskipun sangat minim pengalaman. Namun, berkat tekad yang kuat sehingga saya berusaha untuk menikuti kegiatan lomba-lomba menulis puisi meskipun belum pernah juara.Meskipun demikian ada beberapa judul puisi yang berhasil dibukukan bersama dengan peserta lomba lainnya.Diantaranya “Titip rindu Untuk Negeriku” dalam buku kumpulan puisi “Rindu: Ketika Rindu Merasuk Kalbu” tahun 2019, “Corona” dalam buku kumpulan puisi yang berjudul “Bersatu melawan Corona” tahun 2020
Koresponden melalui email : lasmismpn6@gmai.com, facebook : Lasmi Miati, IG : lasmi_m_sungkono, twitter : @MiatiLasmi, sedangkan nomor HP. 081548192202.
Sinipsis
Kita sering membaca sajak-sajak kritis Chairil Anwar, kita juga sering diajak beromantika bersama Sapardi Djoko Damono, dan sjak-sajak indah karya Taufik Ismail. Namun kali ini saya ingin mengungkapkan aroma rindu di dada yang begitu mendalam. Kuungkapkan rasa rindu dalam sjak-sajak beraroma rindu yang wanginya semerbak mengudara.
Antologi puisi “Serpihan Rindu” mengungkapkan rasa rindu yang membara di setiap saat. Di ujung senja, di malam hari, bahkan dini hari. Waktu-waktu itulah yang tepat untuk bermunajat, mengungkapkan perasaan rindu.
Ku tuangkan rasa rindu ke dalam butir-butir kata yang tersususn menjadi sajak-sajak indah, lalu hanyut dalam kerinduan yang mengalir di sanubari. Rindu yang membara, rasa berat berpisah, dan tak bersua, tak bisa berkumpul, serta sesaknya jiwa selama pandemic Covid akan menjelma menjadi kekuatan bagi kami yang memikulnya.
Rindu yang membara serta menyesakkan jiwa bisa menjadi kekuatan dan ketenangan jiwa bila dikaitkan dengan Surat Cinta Untuk Sang Kekasih Ilahi Robbi. Di sisi Sang penciptalah rindu bersemayam, mengkristal sampai tiba waktunya mencair kembali bersama anugerah Sang Ilahi Robbi.
Simak sajak-sajak dalam antologo puisi “Serpihan Rindu” dan temukan keunikan-keunikan ungkapan rindunya.
No comments:
Post a Comment